Rabu, 25 November 2009

Meracik Obat Tradisional Secara Rasional

TINJAUAN PUSTAKA

Meracik Obat Tradisional Secara Rasional

LESTARI HANDAYANI DAN SUHARMIATI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan

.tempo.co.id/medika

Pendahuluan

Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema kembali ke alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Industri jamu atau industri farmasi berlomba-lomba memproduksi obat tradisional secara moderen dengan mengikuti proses produksi menggunakan mesin-mesin moderen. Di satu sisi, masih banyak industri rumah tangga yang memproduksi obat tradisional secara sederhana dengan menerapkan resep-resep kuno yang dipercayai bermanfaat untuk kesehatan. Beberapa keterbatasan dari obat tradisional adalah masih kurangnya penelitian ilmiah yang menunjang pemahaman tentang cara kerja obat tradisional dalam tubuh manusia. Penelitian yang sudah banyak dilakukan lebih pada penelitian masing-masing tanaman obat. Itupun dengan penelitian yang terbatas pada beberapa fokus penelitian dan bukan penelitian yang mengupas secara tuntas tentang satu tanaman obat. Kita ketahui bahwa jamu Indonesia merupakan racikan dari berbagai tanaman obat yang terkadang jumlahnya cukup mengejutkan karena tersusun dari 40 macam simplisia. Banyaknya jumlah simplisia penyusun akan menimbulkan kesulitan pada pelaksanaan uji dari berbagai aspek penelitian terhadap jamu.

Meskipun secara empiris jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia mengingat pemanfaatan yang sudah diterapkan masyarakat selama ini, pembuktian ilmiah tetap merupakan tuntutan. Peraturan tentang pembatasan jumlah simplisia penyusun jamu merupakan salah satu langkah membina produsen jamu agar meracik jamu secara rasional dalam rangka mengurangi kemungkinan efek samping dan memudahkan penelitian penunjang apabila jamu tersebut akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Masyarakat sebagai konsumen obat tradisional menghendaki perlindungan terhadap praktik-praktik penyalahgunaan obat tradisional yang dapat membahayakan kesehatan. Pemerintah dalam hal ini mempunyai kewajiban untuk mengatur kedua pihak, yaitu produsen dan konsumen agar sama-sama dalam posisi yang menguntungkan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang meracik obat yang rasional merupakan bahasan dengan maksud untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana seharusnya komposisi obat tradisional yang rasional pada jamu yang banyak beredar di masyarakat.

Jenis Obat Tradisional

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu jamu, obat ekstrak alam, dan fitofarmaka.

  1. Jamu (Empirical based herbal medicine)

    Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.

  2. Ekstrak Bahan Alam (Scientific based herbal medicine)

    Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

  3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

    Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat moderen karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi moderen.

Sumber Perolehan Obat Tradisional

Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau yang memproduksi obat tradisional, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Obat tradisional buatan sendiri

    Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan untuk keperluan keluarga. Cara ini kemudian terus dikembangkan oleh pemerintah dalam bentuk program TOGA. Dengan adanya program TOGA diharapkan masyarakat mampu menyediakan baik bahan maupun sediaan jamu yang dapat dimanfaatkan dalam upaya menunjang kesehatan keluarga. Program TOGA lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga.

    Program TOGA bertujuan untuk menyediakan obat dalam rangka penanganan kesehatan sendiri. Dengan kemampuan pengetahuan serta pendidikan mayarakat yang bervariasi, program ini mengajarkan pengetahuan peracikan jamu serta penggunaannya secara sederhana tetapi aman untuk dikonsumsi. Sumber tanaman diharapkan disediakan oleh masyarakat sendiri, baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Namun, tidak tertutup kemungkinan bahan baku dibeli dari pasar tradisional yang banyak menjual bahan jamu yang pada umumnya juga merupakan bahan untuk keperluan bumbu dapur masakan asli Indonesia. Pelaksanaan program TOGA diharapkan melibatkan peran aktif seluruh anggota masyarakat yang terwakili oleh ibu rumah tangga, dibimbing dan dibina oleh puskesmas setempat.

  2. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu /Herbalist

    Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup banyak. Salah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga dapat ditemui di berbagai pulau lain di Indonesia. Segala lapisan masyarakat sangat membutuhkan kehadirannya meskipun tidak dapat dipungkiri lebih banyak dari masyarakat lapisan bawah yang menggunakan jasa mereka. Selain jamu gendong yang umum dijual seperti kunir asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras kencur, cabe puyang, dan gepyokan, mereka juga mampu menyediakan jamu khusus sesuai pesanan. Misalnya, jamu habis bersalin, jamu untuk mengobati keputihan, dll. Akhir-akhir ini, dengan adanya jamu-jamu industri seringkali kita jumpai penjual jamu gendong menyediakan jamu serbuk buatan industri untuk dikonsumsi bersamaan dengan jamu gendong yang mereka sediakan.

    Selain pembuat jamu gendong, peracik tradisional masih dapat dijumpai di Jawa Tengah. Mereka berada di pasar-pasar tradisional menyediakan jamu sesuai kebutuhan konsumen. Bentuk jamu pada umumnya sejenis jamu gendong, namun lebih mempunyai kekhususan untuk pengobatan penyakit atau keluhan kesehatan tertentu. Peracik jenis ini tampaknya sudah semakin berkurang jumlahnya dan kalah bersaing dengan industri yang mampu menyediakan jamu dalam bentuk yang lebih praktis.

    Tabib lokal masih dapat kita jumpai meskipun jumlahnya tidak banyak. Mereka melaksanakan praktik pengobatan dengan menyediakan ramuan dengan bahan alam yang berasal dari bahan lokal. Ilmu ketabiban seringkali diperoleh dengan cara bekerja sambil belajar kepada tabib yang telah berpraktik. Di beberapa kota, telah dapat dijumpai pendidikan tabib berupa kursus yang telah dikelola dengan baik dan diselenggarakan oleh tabib tertentu. Pada umumnya, selain pemberian ramuan, para tabib juga mengkombinasikannya dengan teknik lain seperti metode spiritual/agama atau supranatural.

    Sinshe adalah pengobat tradisional yang berasal dari etnis Tionghoa yang melayani pengobatan menggunakan ramuan obat tradisional bersumber dari pengetahuan negera asal mereka, yaitu Cina. Pada umumnya mereka menggunakan bahan-bahan yang berasal dari Cina meskipun tidak jarang mereka juga mencampur dengan bahan lokal yang sejenis dengan yang mereka jumpai di Cina. Obat tradisional Cina berkembang dengan baik dan banyak diimport ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan obat yang dikonsumsi, tidak saja oleh pasien etnis Cina tetapi juga banyak dikonsumsi oleh pribumi. Kemudahan memperoleh bahan baku obat tradisional Cina dapat dilihat dari banyaknya toko obat Cina yang menyediakan sediaan jadi maupun menerima peracikan resep dari Sinshe. Selain memberikan obat tradisional yang disediakan sendiri maupun yang disediakan oleh toko obat, Sinshe pada umumnya mengkombinasikan ramuan dengan teknik lain seperti pijatan, akupresur, atau akupungkur.

  3. Obat tradisional buatan industri.

    Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI, industri obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar berdasar modal yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Tetapi, pada umumnya yang berbentuk sediaan moderen berupa ekstrak bahan alam atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu memproduksi lebih condong untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang memproduksi jamu dalam bentuk sediaan moderen (tablet, kapsul, syrup dll.) dan bahkan fitofarmaka.

Komposisi Obat Tradisional yang Rasional

Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui Depkes telah memberikan petunjuk pembuatan obat tradisional dengan komposisi rasional melalui pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional dan petunjuk formularium obat tradisional. Hal ini terkait dengan masih banyaknya ditemui penyusunan obat tradisional yang tidak rasional (irrasional) ditinjau dari jumlah bahan penyusunnya. Sejumlah simplisia penyusun obat tradisional tersebut seringkali merupakan beberapa simplisia yang mempunyai khasiat yang sama. Oleh karena itu, perlu diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan obat yang diperoleh mempunyai khasiat sesuai maksud pembuatan jamu tersebut.

Komposisi obat tradisional/yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam bentuk jamu sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat banyak dan bervariasi. Sedang bentuk obat ekstrak alam dan fitofarmaka pada umumnya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan tanaman obat. Pada pembahasan ini lebih ditekankan pada penyusunan obat tradisional bentuk sederhana atau jamu, mengingat cukup banyak komposisi jamu yang irrasional seperti penggunaan bahan dengan khasiat sejenis pada satu ramuan, penggunaan simplisia yang tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan, dll. Agar dapat disusun suatu komposisi obat tradisional maka beberapa hal yang perlu diketahui adalah:

  1. Nama umum obat tradisional/jamu

    Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan pemanfaatan yang tercermin dari nama umum jamu. Perlu diketahui bahwa terdapat peraturan tentang penandaan obat tradisional. Jamu yang diproduksi dan didistribusikan kepada konsumen harus diberi label yang menjelaskan tentang obat tradisional tersebut, di antaranya tentang manfaat atau khasiat jamu. Penjelasan tentang manfaat jamu hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau menghilangkan keluhan atau gejala yang dialami seseorang dan bukan menyembuhkan suatu diagnosis penyakit.

    Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan atau promotif dan mencegah dari kesakitan, serta jamu yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit. Nama umum jamu yang banyak diproduksi oleh industri serta tujuan pemanfaatnya antara lain adalah:

    Tujuan promotif atau preventif

    Ada beberapa macam jenis jamu dengan tujuan preventif dan promotif yang beredar di pasaran. Jamu tersebut diproduksi oleh industri obat tradisional baik besar maupun kecil. Nama jamu tersebut antara lain jamu anton-anton tua atau anton-anton muda, jamu habis bersalin, jamu ASI, jamu haid teratur, jamu berhenti haid, jamu jerawat, jamu penambah nafsu makan, jamu subur peranakan, dan jamu masa berhenti haid (menopause). Lihat lampiran 1.

    Tujuan kuratif

    Jamu dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit atau menghilangkan gejala penyakit cukup banyak dijumpai. Bahkan, saat ini industri farmasi bersaing dengan industri obat tradisional memproduksi berbagai obat tradisional yang berguna untuk terapi suatu penyakit. Obat tradisional ini sebagian telah diproduksi dalam bentuk ekstrak bahan alam, bahkan sebagian dalam bentuk fitofarmaka. Obat tradisional tersebut antara lain adalah jamu keputihan, jamu batuk, jamu sesak napas, jamu gatal, jamu bau badan, jamu cacingan, jamu eksim, jamu encok/rematik, jamu pilek/flu, jamu sakit kuning, jamu sembelit, jamu mencret, jamu ulu hati/ gastritis, jamu wasir/haemorhoid, dan lain-lain. Secara lengkap, nama jamu dan kegunaannya lihat lampiran 2.

  2. Komposisi bahan penyusun jamu

    Menyusun komposisi bahan penyusun jamu dapat dilakukan dengan memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang dibuat serta kegunaan dari masing-masing simplisia penyusun jamu terebut. Tujuan pemanfaatan jamu untuk suatu jenis keadaan tertentu harus memperhatikan keluhan yang biasa dialami pada kondisi tersebut. Misalkan pada orang hamil tua sering mengalami kejang pada kaki, badan mudah lelah, dan lain sebagainya; penderita rematik biasa mengeluhkan nyeri pada persendian.

    Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan komposisi jamu adalah takaran dari masing-masing simplisia maupun dosis sediaan. Penelitian ilmiah dalam hal ini masih sangat kurang sehingga seringkali penetapan takaran maupun dosis hanya mengacu pada pengalaman peracik obat tradisional yang lain dan atas dasar kebiasaan penggunaan terdahulu. Beberapa jenis obat tradisional dengan komposisi bahan yang dibutuhkan disampaikan dalam lampiran 3.

  3. Simplisia dan kegunaan

    Indonesia yang terletak di katulistiwa sangat kaya akan jenis tanaman. Di antara puluhan ribu jenis tanaman yang telah diketahui mempunyai khasiat obat adalah sekitar 940 jenis, sedangkan dari jumlah tersebut yang sudah dimanfaatkan dalam industri jamu baru sekitar 250 jenis. Dari jenis simplisia yang umum digunakan oleh industri jamu, ada beberapa tanaman yang mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan lainnya meskipun pasti juga terdapat perbedaan mengingat kandungan bahan berkhasiat antara satu tanaman dengan lainnya tidak dapat sama. Bahkan, untuk jenis tanaman yang sama, masih ada kemungkinanan kadar bahan berkhasiat yang terkandung tidak sama persis mengingat adanya pengaruh dari tanah tempat tumbuh, iklim, dan perlakuan, misalnya pemupukan .

    Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia sangat penting. Dengan diketahui kegunaan masing-masing simplisia, diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan tanaman obat serta dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak dapat diperoleh.

  4. Penelitian yang telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat tradisional

    Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian tanaman. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat tradisional yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk dapat membuktikan khasiatnya, sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian. Tetapi, masih bersifat pendahuluan dan masih sangat sedikit percobaan dilakukan sampai fase penelitian klinik. Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional. Perincian penelitian yang telah dilakukan terhadap kegunaan simplisia penyusun obat tradisional disampaikan pada lampiran 4.

Penutup

Telah disampaikan tentang peracikan obat tradisional dengan komposisi yang rasional. Contoh simplisia yang disampaikan dalam makalah ini tidak menutup pengetahuan dari literatur lain yang menunjang serta perkembangan penelitian yang lebih mutakhir. Oleh karena itu, penulis juga menganjurkan kepada pembaca yang berminat mendalami pengetahuan ini agar memperkaya dengan tambahan pengetahuan dari sumber-sumber lain. Pemahaman akan lebih baik lagi bila ditunjang dengan pengenalan tentang tanaman obat yang mudah dijumpai di wilayah masing-masing. Pengetahuan dan pemahaman tentang hal ini akan sangat berguna, khususnya bagi petugas kesehatan yang terlibat langsung dengan pembinaan dan pengawasan obat tradisional di wilayah kerjanya.

Daftar Pustaka

  1. Abdul Hanan. Beberapa catatan tentang sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 1, 1996. p. 19-20.
  2. Adjirni, Dzulkarnain B., Sa’roni. Penelitian Toksisitas Akut dan subkronik dari kayu angin pada hewan percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1 No. 4, 1992, p. 22-24.
  3. Anas Subarnas, Sidik. Phyllathus niruri Linn, Kimia, Farmakologi dan penggunaannya sebagai obat t5radisional. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 dan 4, 1993. p. 13-15.
  4. Bambang Prayogo, Wahjo Dyatmiko, IGP Santa, Sutarjadi. Aktivitas antimikroba Daun Abrus precatorius. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 2, 1993. P. 49-50.
  5. Budi Nuratmi, Adjirni, Dea Paramita. Beberapa penelitian Farmakologi Sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 No. 1, 1996, p. 23-24.
  6. Dea Paramita, Lucie Widowati, Budi Nuratmi, Informasi Khasiat Keamanan dan Fitokimia tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1998, p. 21-22.
  7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993. Pedoman Rasionalisasi Komposisi Obat Tradisional. Edisi 1993. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.
  8. Dzulkarnain B ; Wahjoedi B ; Sjamsuhidayat S dkk, , 1990. Hasil Penelitian Tanaman Obat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan R.I 1974 – 1989. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan R.I.
  9. Hamzah, Retno L. Soebagyo, Widayat, Arief machien, Wahjo Dyatmiko. Efek Peluruh Kemih Ekstrak Meniran pada tikus. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 22.
  10. Handayani Lestari. Pemanfaatan Obat Tradisional dalam Menangani Masalah Kesehatan.
  11. Hargono D. Beberapa Informasi Tentang Retrofracti Fructus. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol 1 No. 3, 1992, p. 4-7.
  12. Herra Studiawan, Wahjo Dyatmiko. Isolasi dan Identifikasi Sterol dari ekstrak heksana biji kedawung (Parkia javanica). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 11-13.
  13. Indriani Uno, Soedarminah, Ani Surasmini, HaryonoP, Dewa Ketut Meles. Efek kedawung pada sediaan Terpisah Usus Halus Marmut. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 5, 1993, p. 2-3.
  14. Lida Yanti, Anggraeni, Yuningsih. Daya larut infus meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap batu kalsium. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol 2, No. 4, p. 23.
  15. Merati Yuliarti ; Rosnita E ; Fitrileni, Hidayatullah , 1992. Penetapan Potensi Asam Usnat dalam scabicid Cream Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Streptococcus Pyogenes ATCC 12385. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol.1 Nomor 4, p. 14-16.
  16. Muchsin darise, Burhanudin taebe. Isolasi dan Identifikasi strikhnin dan brusin dari bidara laut asal Maluku tenggara. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 1, 1993, p. 1-3.
  17. Nurhayati S., Sri Rahayuningsih E. Identifikasi secara KLT Terhadap Cabe jawa (retrofracti Fructus) yang terkandung dalam 34 jamu. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1, No. 3, 1992, p. 30-31.
  18. Poeloengan M ; Dwi Rahayu R ; Harapini M ; Chairul , 1996. Diameter Daerah Hambat Yang Dibentuk Ekstrak Kencur Terhadap Pasteurella Multocida. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 2, p. 14 -16.
  19. Rita Rahayu, Chaerul, Mindarti, Masniari P. Penelitian Pendahuluan Pengaruh ekstrak Daun dan Biji saga manis (Abrus precatorius) terhadap beberapa jenis bakteri. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 2, 1993, p. 46-47.
  20. Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1 No.3, 1992, p. 1 - 4.
  21. Soedjak N, dkk. Efek Farmakologi Daun Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap otot polos usus halus secara terpisah pada kelinci. Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 34.
  22. Sudarso dkk. Penentuan LD50 Rebusan kayu Bidara (Strychnos ligustrina ) terhadap mencit. Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1993, p. 22-23.
  23. Sukardiman. Standarisasi Biji Kedawung (Parkis biglobosa) menurut metode materia Medika Indonesia. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 10-11.
  24. Sutjipto, Johnny Ria Hutapea. Identifikasi Mikroskopik daun tempuyung (Sonchus arvensis). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 3, 1993, p. 20.
  25. Suwidjijo Pramono, Sumarno, Sri Wahyono. Flavonoid Daun Sonchus arvensis L. senyawa pembentuk kompleks dengan batu ginjal berkalsium. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 3, 1993, p. 5-7.
  26. Teguh Wahyudi, Retno L. Soebagyo, haryanto Husein, Soedjak, Andriati. Eksplorasi Toksisitas akut infusum biji Kedawung. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 3-4.
  27. Wahjoedi B, Pudjiastuti. Beberapa Informasi efek farmakologi bidara laut (Strychnos ligustrina BI) pada hewan percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1993, p. 20-21.
  28. Wien Winarno, Dian Sundari, Dea paramita. Beberapa informasi penelitian khasiat keamanan dan fitokimia tanaman meniran (Phyllanthus niruri L). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 24-25.
  29. Wuryaningsih L ; Rarome Mutiara ; Tri windono , 1996. Uji Analgesik Ekstrak Etanol kering Rimpang Kencur Asal Purwodadi pada mencit Dengan Metode Geliat (Writhing Reflex Test). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 2, 1996, p. 24-25.
  30. Yufri Aldi, Nelly C. Sugiarso, Andreanus AS, Anna Setiadi. Uji efek antihistaminergik dari tanaman sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 1, 1996, p. 17-19.
  31. Yun Astuti ; Sundari Dian ; Winarno W , 1996. Tanaman Kencur (Kaemferia galanga L). Informasi Tentang Fitokimia dan Efek Farmakologi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 2, 1996, p. 26-27.


HABBATUSSAUDA OBAT SEGALA MACAM PENYAKIT KECUALI KEMATIAN (HR. BUKHARI MUSLIM) MADU OBAT YANG MENYEMBUHKAN BAGI MANUSIA (QS:AN-NAHL: 69) UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797
@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster
binmuhsin_group@yahoo.co.id

Meracik Obat Tradisional Secara Rasional

TINJAUAN PUSTAKA

Meracik Obat Tradisional Secara Rasional

LESTARI HANDAYANI DAN SUHARMIATI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan

.tempo.co.id/medika

Pendahuluan

Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema kembali ke alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Industri jamu atau industri farmasi berlomba-lomba memproduksi obat tradisional secara moderen dengan mengikuti proses produksi menggunakan mesin-mesin moderen. Di satu sisi, masih banyak industri rumah tangga yang memproduksi obat tradisional secara sederhana dengan menerapkan resep-resep kuno yang dipercayai bermanfaat untuk kesehatan. Beberapa keterbatasan dari obat tradisional adalah masih kurangnya penelitian ilmiah yang menunjang pemahaman tentang cara kerja obat tradisional dalam tubuh manusia. Penelitian yang sudah banyak dilakukan lebih pada penelitian masing-masing tanaman obat. Itupun dengan penelitian yang terbatas pada beberapa fokus penelitian dan bukan penelitian yang mengupas secara tuntas tentang satu tanaman obat. Kita ketahui bahwa jamu Indonesia merupakan racikan dari berbagai tanaman obat yang terkadang jumlahnya cukup mengejutkan karena tersusun dari 40 macam simplisia. Banyaknya jumlah simplisia penyusun akan menimbulkan kesulitan pada pelaksanaan uji dari berbagai aspek penelitian terhadap jamu.

Meskipun secara empiris jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia mengingat pemanfaatan yang sudah diterapkan masyarakat selama ini, pembuktian ilmiah tetap merupakan tuntutan. Peraturan tentang pembatasan jumlah simplisia penyusun jamu merupakan salah satu langkah membina produsen jamu agar meracik jamu secara rasional dalam rangka mengurangi kemungkinan efek samping dan memudahkan penelitian penunjang apabila jamu tersebut akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Masyarakat sebagai konsumen obat tradisional menghendaki perlindungan terhadap praktik-praktik penyalahgunaan obat tradisional yang dapat membahayakan kesehatan. Pemerintah dalam hal ini mempunyai kewajiban untuk mengatur kedua pihak, yaitu produsen dan konsumen agar sama-sama dalam posisi yang menguntungkan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang meracik obat yang rasional merupakan bahasan dengan maksud untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana seharusnya komposisi obat tradisional yang rasional pada jamu yang banyak beredar di masyarakat.

Jenis Obat Tradisional

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu jamu, obat ekstrak alam, dan fitofarmaka.

  1. Jamu (Empirical based herbal medicine)

    Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.

  2. Ekstrak Bahan Alam (Scientific based herbal medicine)

    Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

  3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

    Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat moderen karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi moderen.

Sumber Perolehan Obat Tradisional

Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau yang memproduksi obat tradisional, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Obat tradisional buatan sendiri

    Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan untuk keperluan keluarga. Cara ini kemudian terus dikembangkan oleh pemerintah dalam bentuk program TOGA. Dengan adanya program TOGA diharapkan masyarakat mampu menyediakan baik bahan maupun sediaan jamu yang dapat dimanfaatkan dalam upaya menunjang kesehatan keluarga. Program TOGA lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga.

    Program TOGA bertujuan untuk menyediakan obat dalam rangka penanganan kesehatan sendiri. Dengan kemampuan pengetahuan serta pendidikan mayarakat yang bervariasi, program ini mengajarkan pengetahuan peracikan jamu serta penggunaannya secara sederhana tetapi aman untuk dikonsumsi. Sumber tanaman diharapkan disediakan oleh masyarakat sendiri, baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Namun, tidak tertutup kemungkinan bahan baku dibeli dari pasar tradisional yang banyak menjual bahan jamu yang pada umumnya juga merupakan bahan untuk keperluan bumbu dapur masakan asli Indonesia. Pelaksanaan program TOGA diharapkan melibatkan peran aktif seluruh anggota masyarakat yang terwakili oleh ibu rumah tangga, dibimbing dan dibina oleh puskesmas setempat.

  2. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu /Herbalist

    Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup banyak. Salah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga dapat ditemui di berbagai pulau lain di Indonesia. Segala lapisan masyarakat sangat membutuhkan kehadirannya meskipun tidak dapat dipungkiri lebih banyak dari masyarakat lapisan bawah yang menggunakan jasa mereka. Selain jamu gendong yang umum dijual seperti kunir asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras kencur, cabe puyang, dan gepyokan, mereka juga mampu menyediakan jamu khusus sesuai pesanan. Misalnya, jamu habis bersalin, jamu untuk mengobati keputihan, dll. Akhir-akhir ini, dengan adanya jamu-jamu industri seringkali kita jumpai penjual jamu gendong menyediakan jamu serbuk buatan industri untuk dikonsumsi bersamaan dengan jamu gendong yang mereka sediakan.

    Selain pembuat jamu gendong, peracik tradisional masih dapat dijumpai di Jawa Tengah. Mereka berada di pasar-pasar tradisional menyediakan jamu sesuai kebutuhan konsumen. Bentuk jamu pada umumnya sejenis jamu gendong, namun lebih mempunyai kekhususan untuk pengobatan penyakit atau keluhan kesehatan tertentu. Peracik jenis ini tampaknya sudah semakin berkurang jumlahnya dan kalah bersaing dengan industri yang mampu menyediakan jamu dalam bentuk yang lebih praktis.

    Tabib lokal masih dapat kita jumpai meskipun jumlahnya tidak banyak. Mereka melaksanakan praktik pengobatan dengan menyediakan ramuan dengan bahan alam yang berasal dari bahan lokal. Ilmu ketabiban seringkali diperoleh dengan cara bekerja sambil belajar kepada tabib yang telah berpraktik. Di beberapa kota, telah dapat dijumpai pendidikan tabib berupa kursus yang telah dikelola dengan baik dan diselenggarakan oleh tabib tertentu. Pada umumnya, selain pemberian ramuan, para tabib juga mengkombinasikannya dengan teknik lain seperti metode spiritual/agama atau supranatural.

    Sinshe adalah pengobat tradisional yang berasal dari etnis Tionghoa yang melayani pengobatan menggunakan ramuan obat tradisional bersumber dari pengetahuan negera asal mereka, yaitu Cina. Pada umumnya mereka menggunakan bahan-bahan yang berasal dari Cina meskipun tidak jarang mereka juga mencampur dengan bahan lokal yang sejenis dengan yang mereka jumpai di Cina. Obat tradisional Cina berkembang dengan baik dan banyak diimport ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan obat yang dikonsumsi, tidak saja oleh pasien etnis Cina tetapi juga banyak dikonsumsi oleh pribumi. Kemudahan memperoleh bahan baku obat tradisional Cina dapat dilihat dari banyaknya toko obat Cina yang menyediakan sediaan jadi maupun menerima peracikan resep dari Sinshe. Selain memberikan obat tradisional yang disediakan sendiri maupun yang disediakan oleh toko obat, Sinshe pada umumnya mengkombinasikan ramuan dengan teknik lain seperti pijatan, akupresur, atau akupungkur.

  3. Obat tradisional buatan industri.

    Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI, industri obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar berdasar modal yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Tetapi, pada umumnya yang berbentuk sediaan moderen berupa ekstrak bahan alam atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu memproduksi lebih condong untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang memproduksi jamu dalam bentuk sediaan moderen (tablet, kapsul, syrup dll.) dan bahkan fitofarmaka.

Komposisi Obat Tradisional yang Rasional

Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui Depkes telah memberikan petunjuk pembuatan obat tradisional dengan komposisi rasional melalui pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional dan petunjuk formularium obat tradisional. Hal ini terkait dengan masih banyaknya ditemui penyusunan obat tradisional yang tidak rasional (irrasional) ditinjau dari jumlah bahan penyusunnya. Sejumlah simplisia penyusun obat tradisional tersebut seringkali merupakan beberapa simplisia yang mempunyai khasiat yang sama. Oleh karena itu, perlu diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan obat yang diperoleh mempunyai khasiat sesuai maksud pembuatan jamu tersebut.

Komposisi obat tradisional/yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam bentuk jamu sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat banyak dan bervariasi. Sedang bentuk obat ekstrak alam dan fitofarmaka pada umumnya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan tanaman obat. Pada pembahasan ini lebih ditekankan pada penyusunan obat tradisional bentuk sederhana atau jamu, mengingat cukup banyak komposisi jamu yang irrasional seperti penggunaan bahan dengan khasiat sejenis pada satu ramuan, penggunaan simplisia yang tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan, dll. Agar dapat disusun suatu komposisi obat tradisional maka beberapa hal yang perlu diketahui adalah:

  1. Nama umum obat tradisional/jamu

    Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan pemanfaatan yang tercermin dari nama umum jamu. Perlu diketahui bahwa terdapat peraturan tentang penandaan obat tradisional. Jamu yang diproduksi dan didistribusikan kepada konsumen harus diberi label yang menjelaskan tentang obat tradisional tersebut, di antaranya tentang manfaat atau khasiat jamu. Penjelasan tentang manfaat jamu hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau menghilangkan keluhan atau gejala yang dialami seseorang dan bukan menyembuhkan suatu diagnosis penyakit.

    Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan atau promotif dan mencegah dari kesakitan, serta jamu yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit. Nama umum jamu yang banyak diproduksi oleh industri serta tujuan pemanfaatnya antara lain adalah:

    Tujuan promotif atau preventif

    Ada beberapa macam jenis jamu dengan tujuan preventif dan promotif yang beredar di pasaran. Jamu tersebut diproduksi oleh industri obat tradisional baik besar maupun kecil. Nama jamu tersebut antara lain jamu anton-anton tua atau anton-anton muda, jamu habis bersalin, jamu ASI, jamu haid teratur, jamu berhenti haid, jamu jerawat, jamu penambah nafsu makan, jamu subur peranakan, dan jamu masa berhenti haid (menopause). Lihat lampiran 1.

    Tujuan kuratif

    Jamu dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit atau menghilangkan gejala penyakit cukup banyak dijumpai. Bahkan, saat ini industri farmasi bersaing dengan industri obat tradisional memproduksi berbagai obat tradisional yang berguna untuk terapi suatu penyakit. Obat tradisional ini sebagian telah diproduksi dalam bentuk ekstrak bahan alam, bahkan sebagian dalam bentuk fitofarmaka. Obat tradisional tersebut antara lain adalah jamu keputihan, jamu batuk, jamu sesak napas, jamu gatal, jamu bau badan, jamu cacingan, jamu eksim, jamu encok/rematik, jamu pilek/flu, jamu sakit kuning, jamu sembelit, jamu mencret, jamu ulu hati/ gastritis, jamu wasir/haemorhoid, dan lain-lain. Secara lengkap, nama jamu dan kegunaannya lihat lampiran 2.

  2. Komposisi bahan penyusun jamu

    Menyusun komposisi bahan penyusun jamu dapat dilakukan dengan memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang dibuat serta kegunaan dari masing-masing simplisia penyusun jamu terebut. Tujuan pemanfaatan jamu untuk suatu jenis keadaan tertentu harus memperhatikan keluhan yang biasa dialami pada kondisi tersebut. Misalkan pada orang hamil tua sering mengalami kejang pada kaki, badan mudah lelah, dan lain sebagainya; penderita rematik biasa mengeluhkan nyeri pada persendian.

    Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan komposisi jamu adalah takaran dari masing-masing simplisia maupun dosis sediaan. Penelitian ilmiah dalam hal ini masih sangat kurang sehingga seringkali penetapan takaran maupun dosis hanya mengacu pada pengalaman peracik obat tradisional yang lain dan atas dasar kebiasaan penggunaan terdahulu. Beberapa jenis obat tradisional dengan komposisi bahan yang dibutuhkan disampaikan dalam lampiran 3.

  3. Simplisia dan kegunaan

    Indonesia yang terletak di katulistiwa sangat kaya akan jenis tanaman. Di antara puluhan ribu jenis tanaman yang telah diketahui mempunyai khasiat obat adalah sekitar 940 jenis, sedangkan dari jumlah tersebut yang sudah dimanfaatkan dalam industri jamu baru sekitar 250 jenis. Dari jenis simplisia yang umum digunakan oleh industri jamu, ada beberapa tanaman yang mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan lainnya meskipun pasti juga terdapat perbedaan mengingat kandungan bahan berkhasiat antara satu tanaman dengan lainnya tidak dapat sama. Bahkan, untuk jenis tanaman yang sama, masih ada kemungkinanan kadar bahan berkhasiat yang terkandung tidak sama persis mengingat adanya pengaruh dari tanah tempat tumbuh, iklim, dan perlakuan, misalnya pemupukan .

    Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia sangat penting. Dengan diketahui kegunaan masing-masing simplisia, diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan tanaman obat serta dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak dapat diperoleh.

  4. Penelitian yang telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat tradisional

    Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian tanaman. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat tradisional yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk dapat membuktikan khasiatnya, sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian. Tetapi, masih bersifat pendahuluan dan masih sangat sedikit percobaan dilakukan sampai fase penelitian klinik. Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional. Perincian penelitian yang telah dilakukan terhadap kegunaan simplisia penyusun obat tradisional disampaikan pada lampiran 4.

Penutup

Telah disampaikan tentang peracikan obat tradisional dengan komposisi yang rasional. Contoh simplisia yang disampaikan dalam makalah ini tidak menutup pengetahuan dari literatur lain yang menunjang serta perkembangan penelitian yang lebih mutakhir. Oleh karena itu, penulis juga menganjurkan kepada pembaca yang berminat mendalami pengetahuan ini agar memperkaya dengan tambahan pengetahuan dari sumber-sumber lain. Pemahaman akan lebih baik lagi bila ditunjang dengan pengenalan tentang tanaman obat yang mudah dijumpai di wilayah masing-masing. Pengetahuan dan pemahaman tentang hal ini akan sangat berguna, khususnya bagi petugas kesehatan yang terlibat langsung dengan pembinaan dan pengawasan obat tradisional di wilayah kerjanya.

Daftar Pustaka

  1. Abdul Hanan. Beberapa catatan tentang sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 1, 1996. p. 19-20.
  2. Adjirni, Dzulkarnain B., Sa’roni. Penelitian Toksisitas Akut dan subkronik dari kayu angin pada hewan percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1 No. 4, 1992, p. 22-24.
  3. Anas Subarnas, Sidik. Phyllathus niruri Linn, Kimia, Farmakologi dan penggunaannya sebagai obat t5radisional. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 dan 4, 1993. p. 13-15.
  4. Bambang Prayogo, Wahjo Dyatmiko, IGP Santa, Sutarjadi. Aktivitas antimikroba Daun Abrus precatorius. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 2, 1993. P. 49-50.
  5. Budi Nuratmi, Adjirni, Dea Paramita. Beberapa penelitian Farmakologi Sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 No. 1, 1996, p. 23-24.
  6. Dea Paramita, Lucie Widowati, Budi Nuratmi, Informasi Khasiat Keamanan dan Fitokimia tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1998, p. 21-22.
  7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993. Pedoman Rasionalisasi Komposisi Obat Tradisional. Edisi 1993. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.
  8. Dzulkarnain B ; Wahjoedi B ; Sjamsuhidayat S dkk, , 1990. Hasil Penelitian Tanaman Obat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan R.I 1974 – 1989. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan R.I.
  9. Hamzah, Retno L. Soebagyo, Widayat, Arief machien, Wahjo Dyatmiko. Efek Peluruh Kemih Ekstrak Meniran pada tikus. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 22.
  10. Handayani Lestari. Pemanfaatan Obat Tradisional dalam Menangani Masalah Kesehatan.
  11. Hargono D. Beberapa Informasi Tentang Retrofracti Fructus. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol 1 No. 3, 1992, p. 4-7.
  12. Herra Studiawan, Wahjo Dyatmiko. Isolasi dan Identifikasi Sterol dari ekstrak heksana biji kedawung (Parkia javanica). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 11-13.
  13. Indriani Uno, Soedarminah, Ani Surasmini, HaryonoP, Dewa Ketut Meles. Efek kedawung pada sediaan Terpisah Usus Halus Marmut. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 5, 1993, p. 2-3.
  14. Lida Yanti, Anggraeni, Yuningsih. Daya larut infus meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap batu kalsium. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol 2, No. 4, p. 23.
  15. Merati Yuliarti ; Rosnita E ; Fitrileni, Hidayatullah , 1992. Penetapan Potensi Asam Usnat dalam scabicid Cream Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Streptococcus Pyogenes ATCC 12385. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol.1 Nomor 4, p. 14-16.
  16. Muchsin darise, Burhanudin taebe. Isolasi dan Identifikasi strikhnin dan brusin dari bidara laut asal Maluku tenggara. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 1, 1993, p. 1-3.
  17. Nurhayati S., Sri Rahayuningsih E. Identifikasi secara KLT Terhadap Cabe jawa (retrofracti Fructus) yang terkandung dalam 34 jamu. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1, No. 3, 1992, p. 30-31.
  18. Poeloengan M ; Dwi Rahayu R ; Harapini M ; Chairul , 1996. Diameter Daerah Hambat Yang Dibentuk Ekstrak Kencur Terhadap Pasteurella Multocida. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 2, p. 14 -16.
  19. Rita Rahayu, Chaerul, Mindarti, Masniari P. Penelitian Pendahuluan Pengaruh ekstrak Daun dan Biji saga manis (Abrus precatorius) terhadap beberapa jenis bakteri. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 2, 1993, p. 46-47.
  20. Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1 No.3, 1992, p. 1 - 4.
  21. Soedjak N, dkk. Efek Farmakologi Daun Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap otot polos usus halus secara terpisah pada kelinci. Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 34.
  22. Sudarso dkk. Penentuan LD50 Rebusan kayu Bidara (Strychnos ligustrina ) terhadap mencit. Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1993, p. 22-23.
  23. Sukardiman. Standarisasi Biji Kedawung (Parkis biglobosa) menurut metode materia Medika Indonesia. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 10-11.
  24. Sutjipto, Johnny Ria Hutapea. Identifikasi Mikroskopik daun tempuyung (Sonchus arvensis). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 3, 1993, p. 20.
  25. Suwidjijo Pramono, Sumarno, Sri Wahyono. Flavonoid Daun Sonchus arvensis L. senyawa pembentuk kompleks dengan batu ginjal berkalsium. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 3, 1993, p. 5-7.
  26. Teguh Wahyudi, Retno L. Soebagyo, haryanto Husein, Soedjak, Andriati. Eksplorasi Toksisitas akut infusum biji Kedawung. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 3-4.
  27. Wahjoedi B, Pudjiastuti. Beberapa Informasi efek farmakologi bidara laut (Strychnos ligustrina BI) pada hewan percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1993, p. 20-21.
  28. Wien Winarno, Dian Sundari, Dea paramita. Beberapa informasi penelitian khasiat keamanan dan fitokimia tanaman meniran (Phyllanthus niruri L). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 24-25.
  29. Wuryaningsih L ; Rarome Mutiara ; Tri windono , 1996. Uji Analgesik Ekstrak Etanol kering Rimpang Kencur Asal Purwodadi pada mencit Dengan Metode Geliat (Writhing Reflex Test). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 2, 1996, p. 24-25.
  30. Yufri Aldi, Nelly C. Sugiarso, Andreanus AS, Anna Setiadi. Uji efek antihistaminergik dari tanaman sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 1, 1996, p. 17-19.
  31. Yun Astuti ; Sundari Dian ; Winarno W , 1996. Tanaman Kencur (Kaemferia galanga L). Informasi Tentang Fitokimia dan Efek Farmakologi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 2, 1996, p. 26-27.


HABBATUSSAUDA OBAT SEGALA MACAM PENYAKIT KECUALI KEMATIAN (HR. BUKHARI MUSLIM) MADU OBAT YANG MENYEMBUHKAN BAGI MANUSIA (QS:AN-NAHL: 69) UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797
@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster
binmuhsin_group@yahoo.co.id

Senin, 16 November 2009

CARA BELANJA

Untuk belanja di toko Bin Muhsin Group ikutilah langkah demi langkah berikut :



(1) Order via sms / email

(2) Transfer harga pesanan + ongkos kirim ke salah satu rekening BADRUDIN

(3) Konfirmasi tranfer via sms / emal dengan menyebutkan jumlah transfer, bank tujuan dan barang yg di pesan

(4) Kirim alamat pengiriman via SMS / email

(5) Barang segera dikirim kilat paket TIKI / JNE/ POS / sesuai permintaan anda




Atau anda juga bisa melakukan belanja online di website toko online www.binmuhsingroup.com

Alamat Baru:

Jl. Gandaria 1 Gang : Jatayu Raya No:9 Rt: 007/003 Kelurahan : Kebayoran Lama Selatan, Jakarta Selatan 12240


PATOKAN LOKASI :

  1. Di belakang 1 Park Residences Kebayoran Jl. KH. M. Syafii Hadzami

  2. Di depan Gandaria City ada Jl. KH. M. Syafii Hadzami kemudian masuk ke Gang Jatayu Raya dan cari no:9

KOMPAS JALAN :

  1. Dari Pasar Mayestik / Taman Puring bisa naik Koantas Bima 102 warna kuning ke arah Pondok Indah dan Ciputat dan minta turun di Gang Jatayu Raya kemudian jalan kaki sekitar 300 m sampai alamat di Jatayu Raya no:9
  2. Dari Pasar Mayestik / Taman puring bisa naek angkot warna telor asin APB 01 jurusan Mayestik - Kostrad dan minta di turunkan di Gang Jatayu Raya no:9
  3. Dari Terminal Blok M naik Metromini 71 jurusan Bintaro setelah 1 Park Residences dan sebelum Gandaria City di Jl. KH. M. Syafii Hadzamiminta di turunkan di Gang Jatayu Raya dan jalan kaki sekitar 500 m hingga ketemu no:9

Alamat Lama:

Rumah : Jl. Astana Rt:04 Rw:03 Sukahurip Desa/Kec: Langensari Kota: Banjar Jawa Barat

Kantor : Jl. Limau 1 No:24 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12130 DKI Jakarta


Kontak:

HP : 085227044550 TLP: 021-91913103

SMS ONLY : 081213143797

@MyYm, @MyFB, @MyFS, @MyTwitter, @MyYuwie :
binmuhsin_group@yahoo.co.id

Website: BIN MUHSIN GROUP

REKENING BIN MUHSIN GROUP

Rekening Syar`i Bank Muamalat 9003033089 Atas Nama : Badrudin ( Bisa Transfer Via Kantor Pos Terdekat alamat klik disini )

Rekening Bank Syariah Mandiri Kota Banjar: 1627005271 Atas Nama : Badrudin

Rekening BNI Syariah Jakarta: 0189456241 Atas Nama : Badrudin

Rekening Bank BNI Cilacap 0026016750 Atas Nama: Badrudin

Rekening Bank Mandiri 1310005523552 Atas Nama: Badrudin

Rekening Bank BCA 2191342731 Atas Nama : Badrudin

WEBSITE BISNIS PRIBADI

www.binmuhsingroup.com

www.waralabaxamthone.com

www.waralabaxamslimer.com

www.bloggermarketing.net

KEANGGOTAN CLUB BISNIS

MLM SYARIAH UFO BKB SYARIH INTERNASIONAL

Nomor PBJ : 00926282

UNTUK BERGABUNG KLIK DISINI

MLM SYARIAH - PT EXER INDONESIA

Nomor Anggota : EX0008119O

UNTUK BERGABUNG KLIK DISINI

MLM SYARIAH - PT AHADNET INTERNASIONAL

Nomor Anggota : A027043236

UNTUK BERGABUNG KLIK DISINI

AFFILIASI SYARIAH - SYARIAHBISNIS.COM

User ID : badrudin

UNTUK BERGABUNG KLIK DISINI

Wa`alaikum Salam Wr. Wb.

Hormat Saya

Badrudin Muhsin

Klik Bin Muhsin Group



HABBATUSSAUDA OBAT SEGALA MACAM PENYAKIT KECUALI KEMATIAN (HR. BUKHARI MUSLIM) MADU OBAT YANG MENYEMBUHKAN BAGI MANUSIA (QS:AN-NAHL: 69) UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797

@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster

binmuhsin_group@yahoo.co.id

CARA BELANJA

Untuk belanja di toko Bin Muhsin Group ikutilah langkah demi langkah berikut :



(1) Order via sms / email

(2) Transfer harga pesanan + ongkos kirim ke salah satu rekening BADRUDIN

(3) Konfirmasi tranfer via sms / emal dengan menyebutkan jumlah transfer, bank tujuan dan barang yg di pesan

(4) Kirim alamat pengiriman via SMS / email

(5) Barang segera dikirim kilat paket TIKI / JNE/ POS / sesuai permintaan anda




Atau anda juga bisa melakukan belanja online di website toko online www.binmuhsingroup.com

Alamat Baru:

Jl. Gandaria 1 Gang : Jatayu Raya No:9 Rt: 007/003 Kelurahan : Kebayoran Lama Selatan, Jakarta Selatan 12240


PATOKAN LOKASI :

  1. Di belakang 1 Park Residences Kebayoran Jl. KH. M. Syafii Hadzami

  2. Di depan Gandaria City ada Jl. KH. M. Syafii Hadzami kemudian masuk ke Gang Jatayu Raya dan cari no:9

KOMPAS JALAN :

  1. Dari Pasar Mayestik / Taman Puring bisa naik Koantas Bima 102 warna kuning ke arah Pondok Indah dan Ciputat dan minta turun di Gang Jatayu Raya kemudian jalan kaki sekitar 300 m sampai alamat di Jatayu Raya no:9
  2. Dari Pasar Mayestik / Taman puring bisa naek angkot warna telor asin APB 01 jurusan Mayestik - Kostrad dan minta di turunkan di Gang Jatayu Raya no:9
  3. Dari Terminal Blok M naik Metromini 71 jurusan Bintaro setelah 1 Park Residences dan sebelum Gandaria City di Jl. KH. M. Syafii Hadzamiminta di turunkan di Gang Jatayu Raya dan jalan kaki sekitar 500 m hingga ketemu no:9

Alamat Lama:

Rumah : Jl. Astana Rt:04 Rw:03 Sukahurip Desa/Kec: Langensari Kota: Banjar Jawa Barat

Kantor : Jl. Limau 1 No:24 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12130 DKI Jakarta


Kontak:

HP : 085227044550 TLP: 021-91913103

SMS ONLY : 081213143797

@MyYm, @MyFB, @MyFS, @MyTwitter, @MyYuwie :
binmuhsin_group@yahoo.co.id

Website: BIN MUHSIN GROUP

REKENING BIN MUHSIN GROUP

Rekening Syar`i Bank Muamalat 9003033089 Atas Nama : Badrudin ( Bisa Transfer Via Kantor Pos Terdekat alamat klik disini )

Rekening Bank Syariah Mandiri Kota Banjar: 1627005271 Atas Nama : Badrudin

Rekening BNI Syariah Jakarta: 0189456241 Atas Nama : Badrudin

Rekening Bank BNI Cilacap 0026016750 Atas Nama: Badrudin

Rekening Bank Mandiri 1310005523552 Atas Nama: Badrudin

Rekening Bank BCA 2191342731 Atas Nama : Badrudin

WEBSITE BISNIS PRIBADI

www.binmuhsingroup.com

www.waralabaxamthone.com

www.waralabaxamslimer.com

www.bloggermarketing.net

KEANGGOTAN CLUB BISNIS

MLM SYARIAH UFO BKB SYARIH INTERNASIONAL

Nomor PBJ : 00926282

UNTUK BERGABUNG KLIK DISINI

MLM SYARIAH - PT EXER INDONESIA

Nomor Anggota : EX0008119O

UNTUK BERGABUNG KLIK DISINI

MLM SYARIAH - PT AHADNET INTERNASIONAL

Nomor Anggota : A027043236

UNTUK BERGABUNG KLIK DISINI

AFFILIASI SYARIAH - SYARIAHBISNIS.COM

User ID : badrudin

UNTUK BERGABUNG KLIK DISINI

Wa`alaikum Salam Wr. Wb.

Hormat Saya

Badrudin Muhsin

Klik Bin Muhsin Group



HABBATUSSAUDA OBAT SEGALA MACAM PENYAKIT KECUALI KEMATIAN (HR. BUKHARI MUSLIM) MADU OBAT YANG MENYEMBUHKAN BAGI MANUSIA (QS:AN-NAHL: 69) UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797

@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster

binmuhsin_group@yahoo.co.id

Selasa, 10 November 2009

PENGOBATAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

HABBATUSSAUDA OBAT SEGALA MACAM PENYAKIT KECUALI KEMATIAN (HR. BUKHARI MUSLIM) MADU OBAT YANG MENYEMBUHKAN BAGI MANUSIA (QS:AN-NAHL: 69) UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797

@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendster

binmuhsin_group@yahoo.co.id

===

PENGOBATAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

Pendahuluan

Islam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap aspek kehidupan manusia, termasuk di antaranya masalah kesehatan dan pengobatan. Ilmu pengobatan islam sebenarnya tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat. Contohnya, Ibnu sina seorang muslim yang menjadi pionir ilmu kedokteran modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada cara-cara alami dan metode ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang muslim dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakitnya.

Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah SWT, disamping sebagai instink yang mendorong manusia untuk mencari segala sesuatu yang di butuhkan untuk melestarikan hidupnya seperti makan, minum dan tempat berlindung. Dalam mencari hal-hal tersebut, manusia akan mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik maupun yang membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta mengembangkan pengalaman tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Karena itu, manusia selalu dalam proses mencari dan menyempurnakan hingga selalu progresif. Berbeda dengan binatang yang hanya dibekali dengan instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah dan dan bersifat statis. Akal lah yang membentuk serta membina kebudayaan manusia dalam bebragai aspek kehidupannya termasuk dalam bidang pengobatan.

PENGERTIAN

Pengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari dari penyakit yang mengganggu hidup. Kebudayaan tidak saja dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi juga oleh kepercayaan dan keyakinan, karena manusia telah merasa di alam ini ada sesuatu yang lebih kuat dari dia, baik yang dapat dirasakan oleh pancaindera maupaun yang tidak dapat dirasakan dan bersifat ghaib. Pengobatan ini pun tidak lepas dari pengaruh kepercayaan atau agama yang di anut manusia.

Secara umum di dalam dunia pengobatan dikenal istilah medis dan non medis. Para ahli berbeda pendapat tentang penjelasan batasan istilah medis dan definisinya secara terminologis menjadi 3 pendapat, yaitu :

Pendapat pertama

Medis atau kedokteran adalah ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi tubuh manusia dari segi kesehatan dan penyakit yang menimpanya. Pendapat ini di nisbat kan oleh para dokter klasik dan Ibnu Rusyd Al-hafidz.

Pendapat kedua

Medis atau kedokteran adalah ilmu tentang berbagai kondisi tubuh manusia untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya dari kondisi sakit.

Pendapat ketiga

Ilmu pengetahuan tentang kondisi-kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi sehat dan kondisi menurunnya kesehatan untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya kepada kondisi sehat ketika kondisi nya tidak sehat. Ini adalah pendapat Ibnu sina.

Definisi-definisi tersebut walaupun kata-kata dan ungkapannya berbeda tetapi memiliki arti dan kandungan yang berdekatan, meskipun definisi ketiga lah yang memiliki keistimewaan karena bersifat komprehensif mencakup makna yang ditujukan oleh definisi pertama dan kedua.

Sehingga istilah pengobatan medis dapat disimpulkan sebagai suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari penyakit yang menggaggu hidup manusia di dasar kan kepada ilmu yang di ketahui dengan kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi sehat dan kondisi menurunnya kesehatan, untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya ketika kondisi tidak sehat. Pengobatan medis sendiri dalam sejarah manusia merupakan hasil proses panjang yang di awali secara tradisional hingga menjadi modern seperti sekarang.

PETUNJUK Al-QUR’AN TENTANG PENGOBATAN

Banyak ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Qur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin. “Dan kami menurunkan Al-Qur’an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang mukmin”.(QS Al-Isra’: 82). Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur’an yaitu “Asysyifa” yang artinya secara terminologi adalah obat penyembuh. “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhan mu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57)

Disamping Al-Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sumber dari pembuat obat-obatan. “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi orang-orang yang berfikir.(QS An-Nahl:11). “Kemudian makanlah dari segala(macam)buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-muyang telah (dimudahkan bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”.(QS An-Nahl:69)

Metoda Pengobatan Para Rasul Sebelumnya

Nabi Isa AS

“Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata) “Aku telah datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhan mu, yaitu aku membuatkanmu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniup nya, maka ia menjadi seekor burung atas izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda(kebenaran kerasulanku) bagimu,jika kamu orang yang beriman”.(QS Ali-Imran:49).

Menurut para mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap dengan tangan nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin Allah melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.

Nabi Musa AS

Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang merupakan sunnatulloh yaitu sakit. Beliau pernah sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah menyembuhkan kemudian di tempelkannya daun tersebut pada anggota tubuh yang sakit, karena mukjizatnya seketika itu sembuh. Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian memetik sehelai daun secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah Sang Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.

Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diprinyahkan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Qur’an karena beliau dijadikan suri tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman Allah : “Sesungguhnya pada diri Rasul itu terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat (Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.(QS Al-Ahzab: 21). Imam Ali berkata : “Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an”. Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :

Ruqyah

Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah diajarkan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril mendekati tubuh beliau,kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu beliau sembuh. Inilah doanya : ”Bismillahi arqiika minkulli syai-in yu’dziika minsyarri kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi arqiika”. Ada 3 cara ruqyah yang dilakukan oleh Nabi :

1.Nafats

Yaitu membacakan ayat Al-Qur’an atau doa kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangan kemudian di uasapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam suatu riwayat bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila beliau sakit maka membaca “Al-muawwidzat” yaitu tiga surat Al-Qur’an yang diawali dengan “A’udzu” yaitu surat An Naas, Al Falaq, dan Al ikhlas kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu diusapkan keseluruh badan.

2.Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.

Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim : bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila ada manusia yang tergores kemudian luka, maka kemudian beliau membaca doa kemudian air liurnya ditempelkan pada tangan kanannya, lalu di usapkan pada luka orang tersebut. Inilah doa nya: ”Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi antasy-syafii laa syifa-a illa syifa-uka laa yughodiru saqoman”.

3.Meletakkantangan pada salah satu anggota badan.

Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash yang sedang sakit dengan sabdanya : “letakkanlah tanganmu pada anggota badan yang sakit kemudian bacalah “Basmalah 3x” dan “A’udzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima ajidu wa uhajiru 7x”.

Doa Mikjizat

Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat nya, salah satunya : “Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi laka ila sholaah”.

Dengan Memakai Madu

Sebagaimana menurut QS An-Nahl:69 bahwa madu Allah jadikan sebagai obat maka Rasulullah menggunakan madu untuk mengobati salah satu keluarga sahabat yang sedang sakit. Dalam satu riwayat, ada sahabat yang datang kepaa Rasulullah memberitahukan anaknya sedang sakit, kemudian Nabi menyuruh meminumkan anaknya madu sambil membaca doa.

Bekam

Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit adalah dengan melakukan bekam”.

Metoda Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)

Hikmah adalah kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama. Ahli Hikmah adalah orang-orang solih yang diberikan oleh Allah ilmu dan karomah sehingga dia menjadi orang yang berpengetahuan luas untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama. Para ahli hikmah umumnya dijadikan sebagai tabib oleh kebanyakan orang. “Dia memberikan hikmah kepada siapa yang dia kehendaki. Barangsiapa yang diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat”.QS Al-Baqarah:269). Beberapa metoda yang digunakan oleh para ahli hikmah tidaklah berbeda jauh dengan metoda yang digunakan oleh Rasulullah SAW, karena sebagian besar metoda yang digunakan juga mengacu kepada ayat-ayat Al-Qur’an serta hadist, beberapa metoda yang digunakan yaitu :

  1. Ruqyah

Ruqyah yang diajarka kepada Nabi dan yang dilakukan oleh nabi, lain dengan yang dilakukan oleh hukama, tetapi doa yang mereka gunakan pengertiannya sama. Para ahli Hikmah apabila mengobati seseorang dengan cara ruqyah dengan membacakan ayat Al-Qur’an atau doa kemudian ditiupkan kedalam air yang nantinya air itu di minum oleh si pasien.

2. Wafaq

Wafaq ialah ayat Al-Qur’an, Asma Allah, Zikir, atau doa yang ditulis diatas benda seperti kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan atau lainnya oleh para Ahli Hikmah. Salah satu contoh : wafaq untuk orang yang sakit hati (liver) ditulis pada gelas putih kemudian diisi air lalu di minumkan. Insya Allah sembuh. (tulis huruf Ha besar 2 kali dan huruf ‘ain 6 kali).

“Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla”.(HR.Muslim). “Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit melainkan Allah juga menurunkan obatnya”.(HR.Abu Hurairah).

Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyah yang diciptakan oleh Allah SWT. Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah SWT atas hamba-hamba-Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi kaum mukminin. Shuhaib Ar-Rumi RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : ”Sungguh mengagumkan perkara seorang muslim, sehingga seluruh perkaranya adalah kebaikan. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan, ia bersyukur maka yang demikian itu baik baginya, dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar. Maka yang demikian itu baik baginya”. (HR.Muslim no.2999). Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan kepada kaum mukminin. Dia menjadikan sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka. Sebagaimana tersebut dalam hadist : Abdullah bin Masud RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”.(HR.Bukhari no.5661 dan Muslim no.5678). Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana maka jangan beralih memakai obat yang kompleks. Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan. Ibnul Qayyim berkata : “ berpalingnya manusia dari pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-Qur’an, yang merupakan obat bermanfaat.(Ath-thibbun Nabawi hal.6, 29).

Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah bukan hanya sekedar sebagai pengobatan alternatif. Namun menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang dari Allah SWT. Namun tentunya berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hambatidak boleh bersandar semata dengan pengobatan tertentu, dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan penyakitnya. Namun seharusnya ia bersandar dan berantung kepada Dzat yang memberikan penyakit dan yang menurunkan obatnya sekaligus yaitu Allah SWT. Sungguh tidak ada yang dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah SWT semata. Karna itulah Nabi Ibrahim memuji Rabbnya : “Dan apabila aku sakit, Dia lah yang meyembuhkan ku”.( QS Asy-Syu’ara’: 80).

Contoh pengobatan Nabi untuk asam urat

Asam urat sudah dikenal sejak 2.000 tahun yang lalu dan menjadi salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia. Dulu, penyakit ini juga disebut "penyakit para raja" karena penyakit ini diasosiasikan dengan kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman yang enak-enak. Kini, asam urat bisa menimpa siapa saja.

Asam urat adalah hasil metabolisme tubuh oleh salah satu unsur protein (zat purin) dan ginjal adalah organ yang mengatur kestabilan kadarnya dalam tubuh dan akan membawa sisa asam urat ke pembuangan air seni. Namun jika kadar asam urat itu berlebihan, ginjal tidak akan sanggup mengaturnya sehingga kelebihan itu akan menumpuk pada jaringan dan sendi. Otomatis, ginjal juga akan mengalami gangguan. Kandungan asam urat yang tinggi menyebabkan nyeri dan sakit persendian yang amat sangat.

Gangguan asam urat ditandai dengan suatu serangan tiba-tiba di daerah persendian. Saat bangun tidur, misalnya, ibu jari kaki dan pergelangan kaki Anda terasa terbakar, sakit dan membengkak. Bahkan selimut yang Anda gunakan terasa seperti batu yang membebani kaki Anda. Seperti itulah gejala asam urat atau arthritis gout. Gangguan asam urat disebabkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah, yang menyebabkan terjadinya penumpukan kristal di daerah persendian sehingga menimbulkan rasa sakit. Selain rasa sakit di persendian, asam urat juga menyerang ibu jari kaki, dapat membentuk tofi atau endapan natrium urat dalam jaringan di bawah kulit, atau bahkan menyebabkan terbentuknya batu ginjal.

System Pengobatan Nabawi untuk mengatasi asam urat menggunakan metode Hijamah dan Herbal Islami. Penyebab Utama asam urat adalah kelebihan zat purin dalam darah, sehingga bila kandungan purinnya sedikit atau normal, tubuh bisa membuangnya lewat ginjal. Kelebihan purin ini harus dikeluarkan dengan cara dibekam/hijamah bersama unsur-unsur kotor lainnya dalam darah.

Selanjutnya disarankan untuk mengkonsumsi herbal-herbal Islami terutama Habbatussauda dan minyak zaitun. Habbatussauda berfungsi untuk menggelontor toksin dalam darah dan melakukan detoksifikasi intra sel (pengeluaran racun yang ada dalam sel), yang kemudian bersama unsur darah kotor lainnya dikeluarkan dari tubuh lewat bekam/hijamah. Habbatussauda juga berfungsi menghilangkan rasa nyeri di persendian karena mengandung zat yang memiliki efek anti inflamatori atau anti peradangan.

Sementara minyak zaitun sangat efektif untuk menghilangkan rasa sakit dipersendian yang amat mengganggu. Bergabung bersama efek anti peradangan dari habbatussauda maka rasa sakit ini akan sangat terkurangi.



PENGOBATAN TRADISIONAL DALAM PANDANGAN ISLAM

Sebelum islam hadir di tengah-tengah masyarakat, manusia sudah memiliki pengetahuan dan cara pengobatan yang mereka peroleh berdasarkan pengalaman. Hal ini di namai pengobatan tradisionalyang banyak berdasarkan pada kegelapan mistik. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengobatan tradisional ini dimanapun (termasuk di Indonesia), adalah yang primitif, jadi tidak ilmiah dan spekulatif, mistik, magic dan statis serta tidak di ajarkan. Jampi-jampi dan rajah serta azimat dilarang oleh islam. Karena semua itu membawa manusia kepada perbuatan syirik.

Ada pengobatan tradisional lain yang tidak menghubungkan diri dengan ruh halus sebagai penyebabnya. Yaitu hanya berdasarkan gejala / keluhan penat-penat, lemah badan,dsb. Obatnya ialah berupa daun-daunan sebagai jamu. Jamu bukan mistik dan bukan pula magic, tetapi tetapi berupa pengobatan alamiah atau yang berasa dari alam.

Pengobatan tradisional lainnya adalah pijat (massage) bagi yang patah tulang atau acupressure dengan menekan bagian tubuh tertentu atau dengan nama lain akupuntur yang berasal dari cina, dan juga bekam.

Pada dasarnya obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam islam selama tidak merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik. Garis-garis besar pengobatan tradisional yang diajarkan Rasul diantaranya melarang “Kai”, yakni meletakkan besi panas di atas bagian tubuh yang sakit, melarang jampi-jampi atau mantera-mantera yang membawa kepada syirik.

PENGOBATAN MODERN DALAM PANDANGAN ISLAM

Pengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional. Dan merupakan perkembangan hasil dari kerja akal manusia yang diberi kesempatan untuk aktif memikirkan dan merenungkan kehidupan ini. Pengobatan modern menurut pandangan islam adalah segala tekhnik pengobatan yang berdasarkan hasil dari befikir dan mengembangkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang kesehatan dengan mengandalkan akal yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk di kembang kan dan di amalkan guna manusia dan alam sekitarnya.

Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan keadaan manusia yang terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani. Untuk obat rohaniah adalah membaca Al-Qur’an dan untuk fisik adalah materi contohny madu.

Perlu diketahui Allah menurunkan segala penyakit tanpa menjelaskan secara terperinci mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya tanpa menyebutkan apa obatnya dan bagaimana cara memakainya. Masalah ini haruslah dikerjakan oleh manusia dengan akal, ilmu dan penyelidikan yang sekarang dinamai science bersama teknologinya.

“Agama itu akal dan tidak ada agama bagi yang tidak berakal”

Inilah dorongan untuk membangun ilmu pengetahuan (science), termasuk pengetahuan pengobatan (medical science). Pada waktu islam berkembang keluar jazirah arab, umat islam bertemu dengan pengobatan Persia, Yunani dan hindia. Mereka menyerap segala macam pengobatan itu serta menyesuaikannya dengan ajaran islam. Perkembangan yang pesat terjadi pada daulah abbasiyah, setelah dimulai pada masa khalifah umayyah. Cordova dan Granada di spanyol merupakan pusat ilmu yang di datnangi oleh ahli-ahli barat. Pada saat itu muncullah dokter-dokter muslim dengan kualitas internasional seperti Ibnu Uthal dan Wahid Abdul Malik, yang mendirikan perumahan untuk merawat penderita kusta, Ibnu Al Baytan yang dirinya dengan mengumpulkan tanaman-tanaman berkhasiat bagi pengobatan dan sebagainya, pada periode abbasiyah mereka mendirikan rumah sakit modern di Baghdad.

Perhatikanlah kedahsyatan islam yang dapat mengubah manusia jahiliyah penyembah berhala menjadi ilmiah yang selalu mengingat kepada keMahabesaran Allah. Mereka mengubah pengobatan istik dan spekulatif-magic menjadi pengobatan ilmiah yang tepat, objektif dan islami.

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIAH AYU DWIJAYANTI



PAKET OBAT KANKER PAYUDARA

Paket Obat Kanker Payudara Cuma Rp.350.000,- (Habbatussauda Plus 2 + Nigellive 3+ Habbat`s Kapsul 2 + Honeylive )

TERAPI DAN OBAT KANKER PAYUDARA